Sample Text

Photos

Thursday, September 13, 2012

Pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabe

Pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabe

Penyakit antraknosa termasuk salah satu jenis penyakit penting yang menyerang tanaman cabe.  Daya rusak penyakit ini sangat tinggi dan penularanya juga sangat cepat sehingga sangat merugikan petani / pengusaha agribisnis apabila tidak dikenali dan dikendalikan dengan tepat dan cepat. Bahkan yang paling ekstrem bisa menggagalkan usaha agribisnis ini.

Penyebab penyakit antraknosa yang menyerang tanaman cabe ini adalah cendawan terutama cendawan Colletotrichum capsici Butl dan Gloesporium piperatum Ell.et Ev.  Penyakit antraknosa ini biasanya menyerang tanaman cabe pada saat kondisi kelembaban yang tinggi (95%) pada suhu  yang rendah berkisar  32 derajat celcius.  Penyakit antraknosa juga menyerang tanaman cabe yang ditanam pada lahan dengan drainase yang tidak dikelola dengan baik, sehingga banyak genangan air di sekitar tanaman.
Biasanya cendawan C. capsici menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak.  Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput seperti jerami.  Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan.
Sedangkan cendawan G. piperatum menyerang tanaman cabe pada saat   buah masih berwarna hijau dan menyebabkan mati ujung (die back).  Ciri-ciri yang dapat dikenali akibat serangan cendawan ini adalah  buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk.  Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning, membesar dan memanjang.  Pada kondisi lembab, cendawan memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu.
Penyakit antraknosa atau yang biasanya dikenal dengan nama penyakit patek ini sangat menakutkan karena daya rusaknya yang sangat tinggi dan dapat menggagalkan pertanaman secara keseluruhan.  Seluruh pertanaman pada satu lokasi bisa hancur karena serangan antraknosa yang ganas ini.
Oleh karena itu penyakit antraknosa ini harus dikendalikan dengan tepat mulai sebelum tanam sampai dengan tanaman berbuah.  Tindakan pengendalian sebelum tanam dapat dilakukan dengan pembuatan sistem drainase yang baik sehingga nantinya lokasi pertanaman akan terbebas dari genangan air yang tidak diperlukan.  Selain itu benih cabe yang akan ditanam harus kita perhatikan betul-betul, belilah benih yang terbebas dari patogen  dan tanyakan dengan penjualnya / sumbernya mengenai patogen ini.  Untuk memastikannya dan mengantisipasi patogen bawaan maupun penularan patogen,  benih dapat diberi perlakuan :
  1. Perlakuan benih dengan cara merendam benih dengan air panas pada suhu 55 derajat celcius selama 30 menit .
  2. Benih direndam dalam air hangat yang dicampur dengan fungisida seperti Derosal 60 WP dengan takaran 2 gram per liter.
Sedangkan pengendalian penyakit antraknosa saat tanaman mulai berbuah adalah dengan beberapa cara, antara lain :
  1. Apabila sudah ada buah cabe yang terserang, buah yang terserang tersebut harus dipanen setiap hari dan dibakar.
  2. Usahakan jangan sampai ada buah cabe berserakan disekitar pertanaman karena dapat menularkan dan menyebarkan patogen kepada tanaman lainya yang sehat.
  3. Penyemprotan dengan fungisida seperti Derosal 60 WP dengan takaran 2 gram per liter atau dengan campuran dengan beberapa fungisida seperti Derosal 60 WP dan Dithane M-45  dengan perbandingan 1 : 5 dan dosis campuran 2,5 gram per liter.

Budidaya Tanaman Cabe

Cara Menanam Cabe - Menanam Cabe adalah salah satu jenis budidaya pertanian yang dapat dikatakan cukup rumit. Bila dibandingkan dengan menanam tanaman hortikultura yang lain, Cara menanam cabe memerlukan keahlian dan intensitas perawatan yang lebih optimal. Ada pun cara menanam cabe yang baik menurut berbagi sumber dan refrensi akan saya bahas di postingan ini. Cara menanam cabe pada dasarnya relatif sama dengan cara menanam tomat karena memang dua tanaman ini satu famili yaitu solanaceae. Cara menanam cabe rawit dan cara menanam cabe merah tentu ada perbedaan. Struktus fidiologis tanaman yang berbeda tentu akan membuat jenih serangan hama penyakit cabe pada cabe rawit dan cabe merah berbeda. Walaupun sebenarnya secara umum teknik menanam nya sama. Hal Penting Dalam Cara Menanam Cabe Yang paling utama dan penting dalam menanam cabe adalah dasaran. Yang dimaksud dasaran di sini adalah tanah yang akan digunakan media penanaman. Tanah yang mau ditanami cabe harus berada pada ph 5-6, gembur, dan kaya humus. Jika tanah masih kondisi asam atau sering ditanami tanaman yang satu family, maka penting untuk penambahan kapur pertanian atau dolomit untuk meningkatkan ph. Penambahan kapur untuk meningkatkan ph sudah merupakan penyelesaian 50% terhadap kendala kesuburan tanah, salin itu juga penambahan dolomit dapan memberikan unsur kalsium di tanah yang sangat dibutuhkan tanaman saat berbunga nanti. Sangat dianjurkan menanam cabe menggunakan plastik mulsa hitam perak dengan posisi warna hitam di bawah dan warna perak di atas. Untuk mengurangi serangan hama penyakit dan memudahkan perawatan tanaman cabe nantinya, sebaiknya jarak tanam jangan terlalu rapat. Hal ini juga bisa diaplikasikan dengan cara menanam satu baris saja dalam satu gulut (bedeng tanam). Jarak tanam yang dianjurkan adalah 60 x 60 cm. Namun hal ini juga dipengaruhi oleh musim, kalau musim kemarau menanam cabe dengan jarak agak rapat mungkin tidak akan terlalu bermasalah, tetapi jika pada musim penghujan akan menyebabkan tanaman cabe mudah terserang penyakit jamur. Pada masa vegetatif atau masa sebelum tanaman berbunga, yang paling penting untuk difokuskan adalah unsur makro tanaman. Pada fase ini tanaman cabe membutuhkan asupan unsur N yang cukup dan pengairan yang baik. Saya merefrensikan penggunaan ZPT berbahan aktif GIBERALIN, kalau teman-teman di malang sering menggunakan produk bernama BIGEST. Dengan BIGEST pertumbuhan vegetatif jadi lebih cepat dan tanaman menjadi tinggi. Namun perlu diperhatikan bila kita menggunakan giberalin, karena bahan ini bersifat memecah sel tanaman untuk berkembang cepat, sehingga tanaman cabe membutuhkan nutrisi makanan yang banyak. Jadi selain disemprot menggunakan BIGEST, pemupukan kocor juga harus dilakukan. Pada saat tanaman cabe mulai berbunga, hentikan pemakaian giberalin karena justru akan membuat bunga rontok. Saatnya memasukkan unsur mikro pada tanaman. Fokus kita setelah bunga muncul pada cara menanam cabe yang baik adalah pembentukan buah. Yang harus kita kendalikan selain hama penyakit adalah bagaimana meminimalisir bunga agar tidak rontok dan dapat jadi buah 100%. Pada fase ini semprotlah tanaman cabe menggunakan nutrisi tanaman yang mengandung borron, calsium, dan glukosa. Yang biasa saya rekomendasikan adalah FITOMIC. Mengatasi Penyakit Pada Tanaman Cabe Menanam cabe tidak lepas dari yang namanya hama penyakit. Kendalikanlah hama penyakit dengan pestisida berbahan aktif yang rendah terlebih dahulu. Baru jika tidak mampu gunakanlah yang kelas di atasnya. Hal ini penting untuk mencegah resistensi hama penyakit itu sendiri. Untuk menghindari penyakit lalat buah, kita bisa menggunakan perangkap feromon atau menyemprotkan pestisida yang baunya menyengat sehingga lalat buah tidak suka. Selain itu jika ada buah yang sudah terserang segeralah petik dan musnahkan. Cara mengatasi penyakit antraknose (pathek) adalah dengan penyemprotan fungisida sistemik dan kontak pada daun dan buah. Penyakit ini asal mulanya berawal dari serangan bercak daun di daun lalu menular di buah. Untuk buah cabe yang sudah terserang tidak bisa disembuhkan, untuk mengatasinya gunakanlah varietas yang tahan dan penyemprotan pestisida secara rutin untuk pencegahan. Selanjutnya penyakit layu pada cabe. Layu pada tanaman cabe disebabkan oleh dua patogen, yaitu jamur (fusarium) dan bakteri. Ciri-ciri layu fusarium adalah tanaman layu serempak perlahan dari bawah lalu ke daun atas dan akhirnya kering, pada akar bila dicabut tampak kering dan berwarna coklat tidak berbau. Sedangkan layu bakteri biasanya menyerang beberapa bagian tanaman dan layunya perlahan-lahan, akarnya basah dan menimbulkan bau busuk. Untuk mengendalikannya gunakanlah fungisida sistemik MAGENTA untuk layu fusarium dengan cara dikocor pada akar, dan bakterisida AGREP untuk layu bakteri. Read more at: http://infokuh.blogspot.com/2012/02/cara-menanam-cabe.html Copyright by Infokuh.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan artikel ini

Pengendalian Ulat Buah Cabai Helicoverpa spp.

Pengendalian Ulat Buah Cabai Helicoverpa spp.


Ulat Buah Cabai Helicoverpa spp HSN ini dulunya dikenal dengan nama Ulat Buah Heliothis spp.  Ulat buah cabai ini biasanya akan menyerang cabai mulai cabai masih berwarna hijau hingga pada saat cabai masak.  Ulat menyerang cabai dengan cara mengebor dan masuk ke dalam buah cabai.  Akibat serangan ulat ini cabai menjadi rusak sehingga tidak bisa dijual ke pasar.
Ulat buah cabai Helicoverpa dapat dikendalikan dengan beberapa cara,  antara lain :
Secara Kultur Teknis, dengan cara menanam tanaman cabai pada lahan yang sebelumnya bukan ditanami dengan tanaman cabai atau tomat.
Secara Mekanis.  ulat buah dapat dikendalikan dengan cara mengumpulkan buah-buahan yang terserang ulat dan memusnahkanya dengan cara  menguburnya di dalam tanah atau di bakar.
Secara Sanitasi, dengan cara membersihkan gulma atau rerumputan di sekitar pertanaman.  Gulma atau rerumputan merupakan inang / tempat hidup bagi ulat, dengan pembersihan gulma / rerumputan berarti akan menekan populasi ulat.
Secara kimiawi.  Pengendalian ulat buah dilakukan dengan cara penyemprotan dengan bahan kimia pestisida secara bijak sesuai dengan anjuran / rekomendasi setempat.  Pestisida yang biasa dipakai adalah pestisida berbahan aktif enamektin benzoat 5% dan lamda sihalotrin 25 g/l.  Sebelum mengaplikasikan pestisida ini alangkah baiknya apabila anda berkonsultasi terlebuih dulu dengan petugas teknis, penyuluh pertanian atau pengamat OPT yang terdekat dengan anda.
Penyemprotan pestisida ini sebaiknya dilakukan pada malam hari sebab ulat buah Helicoverpa ini biasanya aktif pada malam hari.  Untuk menambah daya rekatnya, saat penyemprotan pestisida dapat ditambah dengan perekat perata dengan dosis sesuai anjuran atau label sehingga penyemprotan pestisida menjadi lebih effektif.  Carilah bahan perekat perata untuk pestisida yang sudah banyak di jual di pasar dengan .
Sebaiknya untuk mengendalikan ulat buah cabai Helicoverpa ini dilakukan secara terpadu dengan menggabungkan berapa teknik pengendalian hama yang memungkinkan.  keberhasilan teknik pengendalian ini sejak awal akan dapat mengurangi serangan ulat buah cabai Helicoverpa ini.

Wednesday, September 12, 2012

HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN CABAI SERTA PENGENDALIANNYA

HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN CABAI SERTA PENGENDALIANNYA

HAMA UTAMA TANAMAN CABAI
Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabai. Hama thrips tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan bukan hanya pada tanaman cabai saja. Panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga . Gejala serangan hama ini adalah adanya strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Kemudian noda tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips adalah selain sebagai hama perusak juga sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa virus) pada tanaman cabai. Untuk itu, bila mengendalikan hama thrips, tidak hanya memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran penyakit akibat virus yang dibawanya.
Pengendalian secara kultur teknis maupun kimiawi. Kultur teknis dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap sepanjang musim. Selain itu dapat menggunakan perangkap kuning yang dilapisi lem. Pengendalian kimia bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida Winder 25 WP konsentrasi 0,25 - 0,5 gr /liter atau insektisida cair Winder 100EC konsenstrasi 0.5 - 1 cc/L.
Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk dan apel juga menyerang tanaman cabai. Tungau bersifat parasit yang merusak daun, batang maupun buah sehingga dapat mengakibatkan perubahan warna dan bentuk. Pada tanaman cabai. Tungau menghisap cairan daun sehingga warna daun terutama pada bagian bawah menjadi berwarna kuning kemerahan, daun akan menggulung ke bawah dan akibatnya pucuk mengering yang akhirnya menyebabkan daun rontok. Tungau berukuran sangat kecil dengan panjang badan sekitar 0,5 mm, berkulit lunak dengan kerangka chitin. Seperti halnya thrips, hama ini juga berpotensi sebagai pembawa virus.
Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan Penyemprotan menggunakan Akarisida Samite 135 EC. Konsentrasi yang dianjurkan 0,25 -0,5 ml/L.
Kutu (Myzuspersicae)
Aphids merupakan hama yang dapat merusak tanaman cabai. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan. Tidak sepeti mite, kutu ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain dapat memperbanyak dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan.
Pengendalian hama aphids secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprot insektisida Winder 100EC konsentrasi 0,5 - 1,00 cc/L.
Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Kehadiran lalat buah ini, dapat menjadi hama perusak tanaman cabai. Buah cabai yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian merusak buah cabai dari dalam.
Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan membuat perangkap dari botol bekas air mineral yang di dalamnya diberi umpan berupa Atraktan Lalat Buah (ATLABU) keluaran Balai Penelitian Obat dan Aromatik. Selain itu dapat juga digunakan perangkap kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya serangga-serangga tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok.
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat ini saat memasuki stadia larva, termasuk hewan yang sangat rakus. Hanya dalam waktu yang tidak lama, daun-daun cabai bisa rusak. Ulat setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngengat akan memakan daun-daunan pada masa larva untuk menunjang perkembangan metamorfosisnya.
Pengendalian dapat dilakukan terhadap ngengat dewasa yang hendak meletakkan telurnya pada tanaman inang dengan menyemprotkan insektisida, atau dengan insektisida biologis Turex WP konsentrasi 1 - 2 gr/Lt.
PENYAKIT UTAMA TANAMAN CABAI
Antracnose
Penyakit Antracnose dikenal juga dengan istilah “pathek” adalah penyakit yang hingga saat ini masih menjadi momok bagi petani cabai. Buah yang menunggu panen dalam beberapa waktu berubah menjadi busuk oleh penyakit ini. Gejala awal dari serangan penyakit ini adalah bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Penyebab penyakit ini adalah jamur carnifora capsici.
Pengendalian membersikan tanaman yang terserang agar tidak menyebar, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif, menanam benih cabai yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek. Secara kimia, disemprot dengan fungisida sistemik berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.
Layu Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Gejalanya tanaman yang sehat tiba-tiba saja layu yang dalam waktu tidak sampai 3 hari tanaman mati. Bakteri ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa tanaman, pengairan,nematoda atau alat-alat pertanian.
Pengendalian membuang tanaman yang terserang, tetap menjaga bedengan tanaman selalu dalam kondisi kering, rotasi tanaman. Secara kimiawi, semprot dengan larutan Kocide 77WP konsentrasi 5 - 10 gr/liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml/tanaman interval 10 - 14 hari dan dimulai saat tanaman mulai berbunga.
Virus Kuning (gemini virus)
Vektor virus kuning adalah whitefly atau kutu kebul (Bemisia tabaci). Telur diletakkan di bawah daun, fase telur hanya 7 hari. Nimpa bertungkai yang berfungsi untuk merangkak lama hidup 2-6 hari. Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau keputih-putihan sampai kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah permukaan daun, lama hidup 6 hari. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena dibawah permukaan daun yang bertepung, lama hidup 20-38 hari. Tanaman yang terserang penyakit virus kuning menimbulkan gejala daun mengeriting dan ukuran lebih kecil.
Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas yang agak tahan (contoh cabai keriting Bukittinggi), menggunakan bibit yang sehat, melakukan rotasi /pergiliran tanaman, pemanfaatan tanaman border seperti tagetes atau jagung, pemasangan perangkap kuning sekaligus mengendalikan kutu kebul, serta eradikasi tanaman sakit yaitu tanaman yang menunjukkan gejala dicabut dan dibakar.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes